Senin, 16 Januari 2012

Indonesian Creative Institute (ICI)


ICI, Indonesian Creative Institute established to encourage Indonesian young generations for social economic movement. ICI focuses on a creative entrepreneurship and life skills education. Creative values are always found in every aspect of our programs and activities. ICI has already provided education not only available for young people at school and the university but also it is available for those who live under the bridge, rural areas, traditional markets, or even on the street. ICI have a vision is to develop their global competences and local understanding. 

Education in our programs are integrated, long-life learning with three pillars; developing character, creativity, and knowledge. It is in line with the UNESCO concept of learning to know, learning to do, and learning to live together. Nowadays ICI has 43 volunteers and 685 online supporters to achieve ICI’s vision and confer creative training for 3500 youth from 64 training in several provinces in Indonesia.


Visi CLI - Indonesia

Be a Leading Institution That Provide
Entrepreneurship & Life Skills Education in Indonesia

  

Program CLI - Indonesia

1. Education of Creative Leadership, Organization and Entrepreneurship
2. Education and Training for Creative Writing
3. Research Workshop and Consultation for Students
4.Social Cultural Project
5. Online Short Course

Saat 1 lilin bisa menyalakan 10 lilin
dan 10 lilin bisa menyalakan 1000 lilin lainya
dan seterusnya menjadikan indonesia lebih baik lagi



Latar Belakang

Menurut definisi World Health Organization (WHO), life skills atau ketrampilan hidup adalah kemampuan untuk berperilaku yang adaptif dan positif yang membuat seseorang dapat menyelesaikan kebutuhan dan tantangan sehari-hari dengan efektif.  

Masa depan Indonesia ada di tangan 'Generasi Mudanya' karena ditangan mereka estafet kepemimpinan dilanjutkan. Harapan besar perbaikan Indonesia melalui agen perubahan dari generasi muda menyisakan ironi tersendiri, hal ini didasari banyaknya fakta terjadinya beberapa kemunduran dan kenakalan di kalangan remaja. Berdasarkan outlook Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat tahun 2010 dalam Kebijakan Nasional Pengembangan Karakter Bangsa memperlihatkan bahwa masalah utama bangsa ini adalah bergesernya nilai etika dalam berbangsa dan bernegara, memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa dan melemahnya kemandirian bangsa [1].

 Kemudian berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS, 2012)  memperlihatkan bahwa tingkat pengangguran terbuka berdasarkan tingkat pendidikan yang ditamatkan di Indonesia mencapai 7,244,956 orang. Dengan didominasi jumlah dari lulusan universitas 438,210 orang, Diploma 196,780 orang, SMTA (Umum dan Kejuruan) 2.873.374 orang. Hal ini sangat ironi sekali mengingat generasi muda yang terdidik dan terpelajar malah menjadi beban dan berkontribusi tinggi terhadap angka pengangguran di Indonesia. Kurangnya softskill jadi salah satu penyebab utama [2].

Selanjutnya Indonesia mendapatkan 'Bonus Demografi' sampai 2050 mendatang dimana Usia Produktif sangat melimpah. Data Badan Pusat Statistik Indonesia tentang kependudukan hasil sesnsus 2010 saja memperlihatkan bahwa penduduk Indonesia berjumlah 237,6 juta jiwa. Jumlah penduduk yang termasuk kelompok generasi muda yaitu kelompok umur 14-22 tahun menempati jumlah yang banyak yaitu 64 juta jiwa [3]. Jumlah generasi muda Indonesia yang sangat melimpah 'Bonus Demografi' adalah potensi terbesar untuk pembangunan bangsa ini kedepan namun jika generasi muda Indonesia rusak maka hancurlah bangsa ini secara perlahan di masa depan.Oleh karena itu perlu upaya berbagai kalangan untuk membina dan mengembangkan potensi generasi muda dengan energi tinggi ini kearah yang positif dan bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Indonesian Creative Institute (ICI) turut andil dalam hal ini sebagai upaya kreatif pengembangan Life Skills generasi muda dalam kepemimpinan, riset, menulis kreatif dan kewirausahaan berbasis Local WIsdom (Culture).

Ada beberapa ciri dari pembelajaran pendidikan kecakapan hidup menurut Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) yaitu sebagai berikut:
  • Terjadi proses identifikasi kebutuhan belajar. 
  • Terjadi proses penyadaran untuk belajar bersama. 
  • Terjadi keselarasan kegiatan belajar untuk mengembangkan diri, belajar usaha mandiri dan usaha bersama. 
  • Terjadi proses penguasaan kecakapan personal, sosial, vokasional, akademik, manajerial serta kewirausahaan. 
  • Terjadi proses pemberian pengalaman dalam melakukan pekerjaan dengan benar, hingga menghasilkan produk bermutu.
  • Terjadi proses interaksi saling belajar dari para ahli.Terjadi proses penilaian kompetensi. Terjadi pendampingan teknis untuk bekerja atau membentuk usaha bersama.
Apabila dihubungkan dengan pekerjaan tertentu, life skills dalam lingkup pendidikan nonformal ditujukan pada penguasaan vokasional skills yang intinya terletak pada penguasaan keterampilan secara khusus (spesifik). Apabila dipahami dengan baik, maka dapat dikatakan bahwa life skills dalam konteks kepemilikan keterampilan secara khusus sesungguhnya diperlukan oleh setiap orang. Ini berarti bahwa program life skills dalam pemaknaan program pendidikan nonformal diharapkan dapat menolong mereka untuk memiliki harga diri mencari nafkah dalam konteks peluang yang ada di lingkungannya.



Berikut ini beberapa kelompok ketrampilan yang termasuk life skills menurut UNICEF dan UNESCO:
1.    LEARNING TO KNOW: Cognitive abilities

a.    Ketrampilan memecahkan masalah dan membuat keputusan
  • Ketrampilan mengumpulkan informasi
  • Ketrampilan mengevaluasi dampak pada masa depan dari keputusan yang dilakukan pada saat ini pada diri sendiri dan orang lain
  • Ketrampilan menentukan solusi alternatif untuk sebuah masalah
  • Ketrampilan melakukan analisis terhadap pengaruh nilai dan sikap diri & orang lain mengenai motivasi
b.    Ketrampilan berfikir kritis (critical thinking)

  • Ketrampilan menganalisis pengaruh sebaya dan media
  • Ketrampilan menganalisis sikap, nilai, norma-norma sosial, dan keyakinan; dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
  • Ketrampilan mengidentifikasi informasi yang relevan dan sumber-sumber informasi
2.    LEARNING TO BE: Personal abilities
a.    Ketrampilan meningkatkan pusat kontrol internal

  • Kepercayaan diri (self-esteem) dan ketrampilan membangun kepercayaan diri (confidence)
  • Ketrampilan sadar-diri (self-awareness skills), termasuk kesadaran akan hak, pengaruh, nilai-nilai, sikap, kekuatan, dan kelemahan
  • Ketrampilan menentukan tujuan (goal-setting skills)
  • Ketrampilan evaluasi diri, penilaian diri, dan monitoring diri
b.    Ketrampilan mengelola perasaan


  • Ketrampilan mengelola amarah (anger management)
  • Ketrampilan mengelola keluhan dan keresahan
  • Ketrampilan mengelola kehilangan, penghinaan (abuse), dan trauma
c.    Ketrampilan mengelola stress

  • Ketrampilan manajemen waktu
  • Ketrampilan berfikir positif
  • Menguasai teknik-teknik relaksasi
3.    LEARNING TO LIVE TOGETHER: Interpersonal abilities
a.    Ketrampilan komunikasi interpersonal

  • Komunikasi verbal dan nonverbal
  • Ketrampilan mendengarkan aktif
  • Ketrampilan mengekspresikan perasaaan; memberikan umpan balik (tanpa menyalahkan) dan menerima umpan balik
b.     Ketrampilan negosiasi dan menolak


  • Negosiasi dan manajemen konflik
  • Ketrampilan bersikap asertif
  • Ketrampilan menolak
c.     Ketrampilan berempati

  • Kemampuan mendengarkan dan memahami kebutuhan dan kondisi orang lain dan mengekspresikan pengertiannya.
d.     Kerjasama dan kerja kelompok

  • Ketrampilan mengekspresikan penghargaan atas kontribusi orang lain dan gaya yang berbeda-beda.
  • Ketrampilan menilai kemampuan diri dan berkontribusi pada kelompok
e.     Ketrampilan advokasi

  • Ketrampilan mempengaruhi orang lain (influence) dan melakukan persuasi
  • Ketrampilan membangun jaringan dan memotivasi orang lain

Referensi :

[1]
Kemenko Kesra. 2010. Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa. Jakarta
[2]
Badan Pusat Statistik RI. 2012. Data Tingkat Pengangguran Terbuka di Indonesia berdasarkan Tingkat Pendidikan. Jakarta
[3]
Badan Pusat Statistik RI. 2010. Data Sensus Penduduk Nasional Indonesia 2010. Jakarta

       [4] PLS UPI http://pkbmpls.wordpress.com/category/life-skills/ 

       [5] WHO UNESCO dan UNICEF