Selasa, 16 Juli 2013

Cara Membuat Latar Belakang Masalah Penelitian (Creative Writing 1st Meeting)

Creative Writing 1st Meeting
Further Discussion : Twittr :  @CreativeLead_id  &  Like FanPage FB : CLI - Indonesia 

Latar Belakang masalah adalah informasi yang tersusun sistematis berkenaan dengan fenomena dan masalah problematik yang menarik untuk di teliti. Masalah terjadi saat harapan idela akan sesuatu hal tidak sama dengan realita yang terjadi. Tidak semua masalah adalah fenomena dan menarik. Masalah yang fenomenal adalah saat menajdi perhatian banyak orang dan di bicirakan di berbagai kalangan di masyarakat.

Latar belakang dimaksudkan untuk menjelaskan alasan mengapa masalah dalam penelitian ingin diteliti, pentingnya permasalahan dan pendekatan yang digunakan untukan untuk menyelesaikan masalah tersebut baik dari sisi teoritis dan praktis.

Latar belakang penelitian berisi :
  1. Alasana rasional dan esensial yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian berdasarkan fakta-fakta, data, referensi dan temuan penelitian sebelumnya.
  2. Gejala-gejala kesenjangan yang terdapat dilapangan sebagai dasar pemikiran untuk memunculkan permasalahan dan bagaimana penelitian mengisi ketimpangan yang ada berkaitan dengan topik yang diteliti.
  3. Kompleksitas masalah jika masalah itu dibiarkan dan akan menimbulkan dampak yang menyulitkan, menghambat, mengganggu bahkan mengancam.
  4. Pendekatan untuk mengatasi masalah dari sisi kebijakan dan teoritis
  5. Penjelasan singkat tentang kedudukan atau posisi masalah yang diteliti dalam ruang lingkup bidang studi yang ditekuni peneliti.

Cara membuat latar belakang masalah dengan langkah sebagai beikut :
  1. Pada bagian awal latar belakang adalah gambaran umum tentang masalah yang akan di angkat. Dengan model piramid terbalik buat gambaran umum tentang masalah mulai dari hal global sampai mengerucut fokus pada masalah inti, objek serta ruang lingkup yang akan di teliti.
  2. Pada bagian tengah unkapkan fakta, fenomena, data-data dan pendapat ahli berkenaan dengan pentingnya masalah dan efek negatifnya jika tidak segera di atasi dengan di dukung juga teori dan penelitian terdahulu.
  3. Bagian akhir di isi dengan alternatif solusi yang bisa di tawarkan (teoritis dan praktis) dan akhirnya munculah judul.


Contoh Latar Belakangnya sebagai Berikut :
INTEGRATED SYSTEM OF CULTURAL EDUCATION (ISCED) INDONESIA :MENGEMBANGKAN KREATIVITAS PELAJAR BERBASIS LOCAL WISDOM
DI ERA GLOBAL
Naskah Karya Tulis Ini Disusun
dalam Rrangka Mengikuti Lomba Karya Tulis Nasional di
Universitas Muhammadiyah Makasar
ADE SUYITNO, MALIATUL & ERNA Y

Indonesia merupakan  negara majemuk yang memiliki suku bangsa, bahasa serta agama yang bervariasi. Hal ini disebabkan karena Indonesia merupakan negara yang terdiri dari beberapa pulau besar dan ribuan pulau kecil serta didukung oleh faktor ragam suku, ras, agama dan budaya.Kebudayaan lokal Indonesia yang sangat beranekaragam menjadi suatu kebanggaan sekaligus tantangan untuk mempertahankan serta mewariskan kepada generasi selanjutnya. Lebih dari 20 suku terdapat di Indonesia dan lebih dari 100 kebudayaan ada di Indonesia.

Perubahan kebudayaan yang mulai terjadi di Indonesia saat ini nampak jelas dengan adanya pergeseran budaya dari kebudayaan lokal menjadi kebudayaan luar yang lebih diminati oleh masyarakat Indonesia. Hal tersebut merupakan salah satu dampak adanya globalisasi. Ilmu pengetahuan, teknologi, komunikasi dan sarana transportasi internasional telah menghilangkan batas-batas budaya setiap bangsa. Hal ini dibuktikan dengan berkembangnya budaya pop Korea (Hallyu) dan budaya barat (westwernisasi) di negara-negara Asia Timur dan beberapa negara Asia Tenggara termasuk Indonesia. Semakin gencarnya ekspos dunia luar melalui media elektronik seperti televisi maupun internet menjadikan masyarakat seakan tidak peduli dengan budayanya sendiri. Pola pikir masyarakat khususnya generasi muda dapat dengan mudah dirusak, masyarakat lebih cenderung melupakan kebudayaan sendiri dan beralih ke budaya luar.

Bangsa Indonesia dewasa ini di dalam memasuki era globalisasi menghadapi suatu masa yang kritis karena masyarakat mengalami krisis kebudayaan. Krisis kebudayaan bisa menyebabkan krisis sosial, krisis ekonomi, krisis psikologi dan berbagai jenis krisis lainnya. Fenomena globalisasi mempengaruhi dinamika masyarakat, dinamika tersebut mengubah tingkahlaku manusia dan juga berakibat pada kaburnya nilai-nilai kemanusiaan, agama dan budaya. Globalisasi membawa 4 ciri utama, yakni Dunia-Tanpa-Batas (Borderless World), Kemajuan Ilmu dan Teknologi, Kesadaran terhadap HAM serta Kewajiban Asasi Manusia dan Masyarakat Mega Kompetisi. Adanya kekhawatiran dari dampak globalisasi adalah pada generasi muda Indonesia karena generasi muda yang mash mencari jati diri dengan filter diri yang seadanya sangat rentan untuk terpengaruh dari budaya luar.

Data Badan Pusat Statistik (BPS), kependudukan hasil sesnsus 2010 menyatakan bahwa penduduk Indonesia berjumlah 237,6 juta jiwa. Jumlah penduduk yang termasuk kelompok generasi muda yaitu kelompok umur 14-20 tahun menempati jumlah yang banyak yaitu 64 juta jiwa. Kelompok generasi muda tersebut dinyatakan memiliki permasalahan. Berdasarkan outlook Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat tahun 2010 dalam Kebijakan Nasional Pengembangan Karakter Bangsa, bahwa masalah bangsa ini adalah bergesernya nilai etika dalam berbangsa dan bernegara, memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa, melemahnya kemandirian bangsa.

Degradasi pada moral remaja diperlihatkan bukan hanya dalam cara berpakaian dan tawuran, namun masih banyak lagi. Contohnya: dunia narkoba dan seks bebas akhir-akhir ini memang sangat ngetren dikalangan remaja. Ini tandanya ada bukti lagi bahwa moral remaja masa kini memang sudah menurun. Akhir bulan september 2012 dunia pendidikan kita menoreh tinta hitam karena terjadi tawuran antar pelajar di berbagai daerah di Indonesia yang menjadi pusat perhatian adalah tawuran antara SMA 6 dan SMA 70 Jakarta yang berakhir meninggalnya satu orang siswa dan pencabulan siswa di gorontalo di awal tahun 2013. Degradasi moral ini akan membuat generasi muda tidak produktif dalam karya dan akan menurunkan tingkat kemandirian pelajar di masa depan, padahal ditangan pelajar bangsa ini kedepan akan dipimpin. 

Kemudian berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS, 2012) memperlihatkan bahwa tingkat pengangguran terbuka berdasarkan tingkat pendidikan yang ditamatkan di Indonesia mencapai 7,244,956 orang. Dengan didominasi jumlah dari lulusan universitas 438,210 orang, Diploma 196,780 orang, SMTA (Umum dan Kejuruan) 2.873.374 orang. Hal ini sangat ironi sekali mengingat generasi muda yang terdidik dan terpelajar malah menjadi beban dan berkontribusi tinggi terhadap angka pengangguran di Indonesia. Kurangnya softskill jadi salah satu penyebab utama.

Permasalahan yang terjadi pada generasi muda dan ditambah dampak negatif dari globalisasi ini menyebabkan persoalan budaya dan karakter bangsa. Krisis multidimensional, yang bermuara pada krisis moral, dan krisis kepercayaan diri telah membuat generasi bangsa enggan dan malu menunjukkan jatidiri sebagai bangsa Indonesia. Akibat krisis ini persoalan pun muncul di masyarakat seperti korupsi, gaya hidup instan, perkelahian massa, kehidupan ekonomi yang konsumtif, kehidupan politik yang tidak produktif dan lainnya dimana menjadi pembahasan hangat di media massa, seminar, serta ruang publik lainnya (Kementerian Pendidikan Nasional, 2010:1).

Jika masalah-masalah diatas terus dibiarkan maka lambat laun Indonesia akan mengalamimiss cultural atau kepunahan budaya. Masyarakat Indonesia akan kehilangan aset terbesar warisan alam dan nenek moyang yang dimilikinya. Indonesia juga akan kehilangan jati dirinya sebagai bangsa multikultural. Hal ini akan berimbas kepada generasi muda yang di mana sekarang mulai menyukali budaya yang sedang tren di dunia dan mulai melupakan kebudayaan serta nilai-nilai luhur kearifan budaya lokal.

Kehandalan potensi pendidikan sebagai agen konstruktif perbaikan masyarakat ini menjadi suatu kenyataan, suatu realita yang tidak hanya sekedar mengembangkan intelektualitas anak-siswa dan pemuda, namun juga masyarakat masa depan di mana mereka akan menjadi unsur utama dan bagian dari budaya. Pendidikan berperan menanamkan nilai-nilai budaya, kebijakan lokal, nilai-nilai kebangsaan dan mengembangkan potensi.

Pendidikan dan kebudayaan memiliki hubungan yang sangat erat dalam arti keduanya berkenaan dengan suatu hal yang sama yaitu pengembangan nilai. Dalam konteks kebudayaan pendidikan memainkan peranan dalam agen pengajaran nilai-nilai budaya. Pendidikan yang berlangsung adalah suatu proses pembentukan kualitas manusia sesuai dengan kodrat budaya yang dimiliki. Nilai-nilai kebudayaan bukanlah hanya sekedar dipindahkan dari satu bejana ke bejana yang lain yaitu kegenerasi mudanya,tetapi dalam proses interaksi antara pribadi dengan kebudayaan betapa pribadi merupakan individu yang kreatif bukan pasif. Globalisasi merupakan entitas, jika entitas tersebut dapat menjadi lifestyle dan symbol kemodernenan. Ia dapat mengubah kebiasaan hidup seseorang bahkan tak jarang menilai agama dan pendidikan sebagai suatu yang ketinggalan zaman.

Globalisasi seharusnya direspons dengan mengkaji ulang format pendidikan yang sesuai dengan konteks globalisasi itu sendiri. Salah satunya lewat pendidikan kewirausahaan dan kreativitas berbasis budaya yang di sekolah di Indonesia baik di kelas dan diekstrakulikuler. Kontinuitas budaya akan memungkinkan hanya jika pendidikan memelihara warisan akar-akar pembentukannya dengan meneruskan kebenaran-kebenaran yang telah dihasilkan pada masa lampau kepada generasi baru, mengembangkan suatu background dan loyatitas-loyalitas cultural.

Generasi muda memiliki kedudukan dan peranan penting dalam pelestarian seni dan budaya daerah. Hal ini didasari oleh asumsi bahwa generasi muda merupakan anak bangsa yang akan menjadi penerus kelangsungan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara Indonesia. Sebagai generasi yang kelak menjadi pemimpin-pemimpin bangsa, pada diri generasi muda harus bersemayam suatu kesadaran kultural sehingga keberlanjutan bangsa Indonesia dapat dipertahankan. Pembentukan kesadaran kultural generasi muda antara lain dapat dilakukan dengan pengoptimalan peran dalam pelestarian seni dan budaya daerah.

Oleh karena itu, dari pemaparan diatas penulis akan mengangkat penelitian yang berkenaan dengan program  pengembangan  karakter pelajar melalui pendidikan kewirausahaan dan kreativitas berbasis Local Wisdom untuk memplajari, mengembangkan dan mempublikasikan produk kreatif pada pasar global. Dalam penelitian ini penulis mengangkat judul “Integrated System of Cultural Education (ISCED) Indonesia : “Mengembangkan Kreativitas Pelajar Berbasis Local Wisdom di Era Global”

  
Daftar Pustaka :
Badan Pusat Statistik RI. 2012. Data Tingkat Pengangguran Terbuka di Indonesia berdasarkan Tingkat Pendidikan. Jakarta
Badan Pusat Statistik RI. 2010. Data Sensus Penduduk Nasional Indonesia 2010. Jakarta
Kemendiknas. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta
Kemenko Kesra. 2010. Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa. Jakarta