Creative Writing 1st Meeting
Further Discussion : Twittr : @CreativeLead_id & Like FanPage FB : CLI - Indonesia
Latar Belakang masalah adalah informasi yang tersusun sistematis berkenaan dengan fenomena dan masalah problematik yang menarik untuk di teliti. Masalah terjadi saat harapan idela akan sesuatu hal tidak sama dengan realita yang terjadi. Tidak semua masalah adalah fenomena dan menarik. Masalah yang fenomenal adalah saat menajdi perhatian banyak orang dan di bicirakan di berbagai kalangan di masyarakat.
Further Discussion : Twittr : @CreativeLead_id & Like FanPage FB : CLI - Indonesia
Latar Belakang masalah adalah informasi yang tersusun sistematis berkenaan dengan fenomena dan masalah problematik yang menarik untuk di teliti. Masalah terjadi saat harapan idela akan sesuatu hal tidak sama dengan realita yang terjadi. Tidak semua masalah adalah fenomena dan menarik. Masalah yang fenomenal adalah saat menajdi perhatian banyak orang dan di bicirakan di berbagai kalangan di masyarakat.
Latar
belakang dimaksudkan untuk menjelaskan alasan mengapa masalah dalam
penelitian ingin diteliti, pentingnya permasalahan dan pendekatan yang
digunakan untukan untuk menyelesaikan masalah tersebut baik dari sisi
teoritis dan praktis.
Latar belakang penelitian berisi :
- Alasana rasional dan esensial yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian berdasarkan fakta-fakta, data, referensi dan temuan penelitian sebelumnya.
- Gejala-gejala kesenjangan yang terdapat dilapangan sebagai dasar pemikiran untuk memunculkan permasalahan dan bagaimana penelitian mengisi ketimpangan yang ada berkaitan dengan topik yang diteliti.
- Kompleksitas masalah jika masalah itu dibiarkan dan akan menimbulkan dampak yang menyulitkan, menghambat, mengganggu bahkan mengancam.
- Pendekatan untuk mengatasi masalah dari sisi kebijakan dan teoritis
- Penjelasan singkat tentang kedudukan atau posisi masalah yang diteliti dalam ruang lingkup bidang studi yang ditekuni peneliti.
Cara membuat latar belakang masalah dengan langkah sebagai beikut :
- Pada bagian awal latar belakang adalah gambaran umum tentang masalah yang akan di angkat. Dengan model piramid terbalik buat gambaran umum tentang masalah mulai dari hal global sampai mengerucut fokus pada masalah inti, objek serta ruang lingkup yang akan di teliti.
- Pada bagian tengah unkapkan fakta, fenomena, data-data dan pendapat ahli berkenaan dengan pentingnya masalah dan efek negatifnya jika tidak segera di atasi dengan di dukung juga teori dan penelitian terdahulu.
- Bagian akhir di isi dengan alternatif solusi yang bisa di tawarkan (teoritis dan praktis) dan akhirnya munculah judul.
Contoh Latar Belakangnya sebagai Berikut :
INTEGRATED SYSTEM OF CULTURAL EDUCATION (ISCED) INDONESIA :MENGEMBANGKAN KREATIVITAS PELAJAR BERBASIS LOCAL WISDOM
DI ERA GLOBAL
DI ERA GLOBAL
Naskah Karya Tulis Ini Disusun
dalam Rrangka Mengikuti Lomba Karya Tulis Nasional di
Universitas Muhammadiyah Makasar
ADE SUYITNO, MALIATUL & ERNA Y
Indonesia
merupakan negara majemuk yang memiliki suku bangsa, bahasa serta agama
yang bervariasi. Hal ini disebabkan karena Indonesia merupakan negara
yang terdiri dari beberapa pulau besar dan ribuan pulau kecil serta
didukung oleh faktor ragam suku, ras, agama dan budaya.Kebudayaan lokal
Indonesia yang sangat beranekaragam menjadi suatu kebanggaan sekaligus
tantangan untuk mempertahankan serta mewariskan kepada generasi selanjutnya. Lebih dari 20 suku terdapat di Indonesia dan lebih dari 100 kebudayaan ada di Indonesia.
Perubahan
kebudayaan yang mulai terjadi di Indonesia saat ini nampak jelas dengan
adanya pergeseran budaya dari kebudayaan lokal menjadi kebudayaan luar
yang lebih diminati oleh masyarakat Indonesia. Hal tersebut merupakan
salah satu dampak adanya globalisasi. Ilmu pengetahuan, teknologi,
komunikasi dan sarana transportasi internasional telah menghilangkan
batas-batas budaya setiap bangsa. Hal ini dibuktikan dengan
berkembangnya budaya pop Korea (Hallyu) dan budaya barat (westwernisasi) di negara-negara Asia Timur dan beberapa negara Asia Tenggara termasuk Indonesia. Semakin
gencarnya ekspos dunia luar melalui media elektronik seperti televisi
maupun internet menjadikan masyarakat seakan tidak peduli dengan
budayanya sendiri. Pola pikir masyarakat khususnya generasi muda dapat
dengan mudah dirusak, masyarakat lebih cenderung melupakan kebudayaan
sendiri dan beralih ke budaya luar.
Bangsa
Indonesia dewasa ini di dalam memasuki era globalisasi menghadapi suatu
masa yang kritis karena masyarakat mengalami krisis kebudayaan. Krisis
kebudayaan bisa menyebabkan krisis sosial, krisis ekonomi, krisis
psikologi dan berbagai jenis krisis lainnya. Fenomena globalisasi
mempengaruhi dinamika masyarakat, dinamika tersebut mengubah tingkahlaku
manusia dan juga berakibat pada kaburnya nilai-nilai kemanusiaan, agama
dan budaya. Globalisasi membawa 4 ciri utama, yakni Dunia-Tanpa-Batas (Borderless World),
Kemajuan Ilmu dan Teknologi, Kesadaran terhadap HAM serta Kewajiban
Asasi Manusia dan Masyarakat Mega Kompetisi. Adanya kekhawatiran dari
dampak globalisasi adalah pada generasi muda Indonesia karena generasi
muda yang mash mencari jati diri dengan filter diri yang seadanya sangat
rentan untuk terpengaruh dari budaya luar.
Data
Badan Pusat Statistik (BPS), kependudukan hasil sesnsus 2010 menyatakan
bahwa penduduk Indonesia berjumlah 237,6 juta jiwa. Jumlah penduduk
yang termasuk kelompok generasi muda yaitu kelompok umur 14-20 tahun
menempati jumlah yang banyak yaitu 64 juta jiwa. Kelompok generasi muda
tersebut dinyatakan memiliki permasalahan. Berdasarkan outlook
Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat tahun 2010 dalam
Kebijakan Nasional Pengembangan Karakter Bangsa, bahwa masalah bangsa
ini adalah bergesernya nilai etika dalam berbangsa dan bernegara,
memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa, melemahnya
kemandirian bangsa.
Degradasi
pada moral remaja diperlihatkan bukan hanya dalam cara berpakaian dan
tawuran, namun masih banyak lagi. Contohnya: dunia narkoba dan seks
bebas akhir-akhir ini memang sangat ngetren dikalangan remaja. Ini
tandanya ada bukti lagi bahwa moral remaja masa kini memang sudah
menurun. Akhir bulan september 2012 dunia pendidikan kita menoreh tinta
hitam karena terjadi tawuran antar pelajar di berbagai daerah di
Indonesia yang menjadi pusat perhatian adalah tawuran antara SMA 6 dan
SMA 70 Jakarta yang berakhir meninggalnya satu orang siswa dan
pencabulan siswa di gorontalo di awal tahun 2013. Degradasi moral ini
akan membuat generasi muda tidak produktif dalam karya dan akan
menurunkan tingkat kemandirian pelajar di masa depan, padahal ditangan
pelajar bangsa ini kedepan akan dipimpin.
Kemudian berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS, 2012) memperlihatkan
bahwa tingkat pengangguran terbuka berdasarkan tingkat pendidikan yang
ditamatkan di Indonesia mencapai 7,244,956 orang. Dengan didominasi
jumlah dari lulusan universitas 438,210 orang, Diploma 196,780 orang,
SMTA (Umum dan Kejuruan) 2.873.374 orang. Hal ini sangat ironi sekali
mengingat generasi muda yang terdidik dan terpelajar malah menjadi beban
dan berkontribusi tinggi terhadap angka pengangguran di Indonesia.
Kurangnya softskill jadi salah satu penyebab utama.
Permasalahan
yang terjadi pada generasi muda dan ditambah dampak negatif dari
globalisasi ini menyebabkan persoalan budaya dan karakter bangsa. Krisis
multidimensional, yang bermuara pada krisis moral, dan krisis
kepercayaan diri telah membuat generasi bangsa enggan dan malu
menunjukkan jatidiri sebagai bangsa Indonesia. Akibat krisis ini
persoalan pun muncul di masyarakat seperti korupsi, gaya hidup instan,
perkelahian massa, kehidupan ekonomi yang konsumtif, kehidupan politik
yang tidak produktif dan lainnya dimana menjadi pembahasan hangat di
media massa, seminar, serta ruang publik lainnya (Kementerian Pendidikan
Nasional, 2010:1).
Jika masalah-masalah diatas terus dibiarkan maka lambat laun Indonesia akan mengalamimiss cultural
atau kepunahan budaya. Masyarakat Indonesia akan kehilangan aset
terbesar warisan alam dan nenek moyang yang dimilikinya. Indonesia juga
akan kehilangan jati dirinya sebagai bangsa multikultural.
Hal ini akan berimbas kepada generasi muda yang di mana sekarang mulai
menyukali budaya yang sedang tren di dunia dan mulai melupakan
kebudayaan serta nilai-nilai luhur kearifan budaya lokal.
Kehandalan
potensi pendidikan sebagai agen konstruktif perbaikan masyarakat ini
menjadi suatu kenyataan, suatu realita yang tidak hanya sekedar
mengembangkan intelektualitas anak-siswa dan pemuda, namun juga
masyarakat masa depan di mana mereka akan menjadi unsur utama dan bagian
dari budaya. Pendidikan berperan menanamkan nilai-nilai budaya,
kebijakan lokal, nilai-nilai kebangsaan dan mengembangkan potensi.
Pendidikan
dan kebudayaan memiliki hubungan yang sangat erat dalam arti keduanya
berkenaan dengan suatu hal yang sama yaitu pengembangan nilai. Dalam
konteks kebudayaan pendidikan memainkan peranan dalam agen pengajaran
nilai-nilai budaya. Pendidikan yang berlangsung adalah suatu proses
pembentukan kualitas manusia sesuai dengan kodrat budaya yang dimiliki.
Nilai-nilai kebudayaan bukanlah hanya sekedar dipindahkan dari satu
bejana ke bejana yang lain yaitu kegenerasi mudanya,tetapi dalam proses
interaksi antara pribadi dengan kebudayaan betapa pribadi merupakan
individu yang kreatif bukan pasif. Globalisasi merupakan entitas, jika
entitas tersebut dapat menjadi lifestyle dan symbol
kemodernenan. Ia dapat mengubah kebiasaan hidup seseorang bahkan tak
jarang menilai agama dan pendidikan sebagai suatu yang ketinggalan
zaman.
Globalisasi
seharusnya direspons dengan mengkaji ulang format pendidikan yang
sesuai dengan konteks globalisasi itu sendiri. Salah satunya lewat
pendidikan kewirausahaan dan kreativitas berbasis budaya yang di sekolah
di Indonesia baik di kelas dan diekstrakulikuler. Kontinuitas budaya
akan memungkinkan hanya jika pendidikan memelihara warisan akar-akar
pembentukannya dengan meneruskan kebenaran-kebenaran yang telah
dihasilkan pada masa lampau kepada generasi baru, mengembangkan suatu background dan loyatitas-loyalitas cultural.
Generasi
muda memiliki kedudukan dan peranan penting dalam pelestarian seni dan
budaya daerah. Hal ini didasari oleh asumsi bahwa generasi muda
merupakan anak bangsa yang akan menjadi penerus kelangsungan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara Indonesia. Sebagai generasi yang
kelak menjadi pemimpin-pemimpin bangsa, pada diri generasi muda harus
bersemayam suatu kesadaran kultural sehingga keberlanjutan bangsa
Indonesia dapat dipertahankan. Pembentukan kesadaran kultural generasi
muda antara lain dapat dilakukan dengan pengoptimalan peran dalam
pelestarian seni dan budaya daerah.
Oleh
karena itu, dari pemaparan diatas penulis akan mengangkat penelitian
yang berkenaan dengan program pengembangan karakter pelajar melalui
pendidikan kewirausahaan dan kreativitas berbasis Local Wisdom untuk memplajari, mengembangkan dan mempublikasikan produk kreatif pada pasar global. Dalam penelitian ini penulis mengangkat judul “Integrated System of Cultural Education (ISCED) Indonesia : “Mengembangkan Kreativitas Pelajar Berbasis Local Wisdom di Era Global”
Daftar Pustaka :
Badan Pusat Statistik RI. 2012. Data Tingkat Pengangguran Terbuka di Indonesia berdasarkan Tingkat Pendidikan. Jakarta
Badan Pusat Statistik RI. 2010. Data Sensus Penduduk Nasional Indonesia 2010. Jakarta
Kemendiknas. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta
Kemenko Kesra. 2010. Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa. Jakarta
0 komentar:
Posting Komentar